Dari Kedung Pedut ke Candi Abang..

#ALUSPIKNIK
 
Green. Fresh. | Taken by Me | No effect needed.
Hastagnya gitu aja. Hehe Karena ngexplore Jogja kali ini bareng temen-temen ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan (Meski hanya beberapa orang sahaja hehe).

Minggu, 3 Januari 2016. Ini memang diagendakan untuk sekedar dolan bareng. Niatnya sih biar sedikit rehat pikirannya. Jadi harus di-restart lagi dari berbagai kesibukan hehe Salah satunya dengan wisata alam hehe

Ada sepuluh personil dalam rangka ALUS Piknik ini. Maka dengan mengendarai motor kami menempuh perjalanan menuju Kedung Pedut di desa wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta.

Rute yang kami tempuh lumayan menantang. Jalan yang kami lalui kdang menanjak kadang menurun. Maka perlu memang driver haruslah yang ahli dan tahan banting hehe

Setelah menempuh perjalanan dengan jarak kurang lebih 40 km dari pusat kota dan dibantu dengan google map; kami tiba di tempat wisata.

Cuci tangan di air pancuran bambu
Kedung pedut ini merupakan air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter. Namun meski tingginya tidak terlalu, air terjun ini memiliki tebing sekitar 90 derajat yang membentuk air terjun ini semakin indah. Selain itu, keindahan lainnya adalah airnya yang terdiri dari dua warna; hijau tosca dan biru. Woowww.. cantik bukan. 

Nah, kami berkunjung diwaktu yang tepat yakni di musim hujan. Kenapa harus disaat musim hujan? Karena saat musim kemarau debit airnya tak terlalu banyak. Berbicara mengenai airnya. Tentu jika berkunjung kesini harus menyentuh airnya yang luar biasa dingin karena asli dari pegunungan. Saya pribadi coba menyentuh air yang keluar dari pancuran bambu. Luar biasa dingin. Benar-benar segar.

Untuk tiketnya; Rp3000,- perorang dan biaya parkir sebesar Rp2000,- (motor) dan Rp.5000,- (mobil). Terjangkau bukan? Ini dia yang bikin para backpacker atau pun traveler paket hemat seperti kami senang melancong ke Jogja hehe.

Sisanya, kami menikmati keindahan alam ini. Para wisatawan banyak yang terjun langsung ke air terjun yang dingin, ada yang bermain flying fox, rock climbing, atau pun yang lainnya. Kami memilih untuk menyusuri jembatan bamboo. Melihat keceriaan anak-anak kecil yang bermain di kolam yang ada di Kedung Pedut. Sambil tertawa bersama, mereka melompat dari papan lompat dan byurrrrrr masuk ke air. Duh, masa kecil kalian masih selamat dan indah, Nak. Teruslah bersahabat dengan alam..

Taken by +Samantha Hidaya 
Asyik menyusuri jalan; kami lihat rumah tinggi yang disangga bambu. Kami menaikinya. Dari rumah tinggi ini, kedung pedut semakin indah dan hijau…

Oke.. kami rasa wisata alamnya cukup untuk yang di kedung pedut. Sebelum pulang kami bersantap siang dulu. Untuk daerah pegunungan yang dingin begini cocok sekali makan yang panas-panas. Kami memesan pop mie, bakso, dan mie instan lengkap dengan teh panas dan ternyata ada juga yang pesen es teh hehe

Makan siang usai.. Kami melanjutkan perjalan menuju Candi Abang di desa Sentonorejo, Jogo Tirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Sebelum tiba dilokasi; ditengah jalan kami tunaikan shalat dzuhur terlebih dahulu sekaligus makan bakso dan minum es buah dulu.

Perjalanan kami lanjutkan. Berhubung ini ibarat jangkau lokasi dari ujung ke ujung maka kami sampai lokasi hampir sore. Kami tunaikan shalat ashar terlebih dahulu di masjid dekat lokasi. Setelah itu kami lanjutkan jalan kaki; naik ke lokasi camdi abang berada.

Di Candi Abang; kami menikmati sunset bersama para pengunjung lainnya. Maashaa Allah… indah sekali. Ini lah yang membuatku jatuh cinta berkali-kali; indahnya saat jingga mengantar matahari berpulang untuk tenggelam. Benar-benar cantik.

Taken by Me
Oke, Candi Abang ini pada dasarnya merupakan peninggalan Hindu. Candi Abang ini tidak seperti candi pada umumnya karena Candi Abang berbentuk seperti bukit teletubies dengan ukuran 36 x 34 meter. 

Meski tidak terlalu tinggi, Candi Abang ini memberi sensasi tersendiri. Dari puncaknya kita bisa menatap hamparan kota Jogja dengan segala keindahannya. Dan jika disaksikan saat menjelang malam, maka yang terlihat adalah hamparan bintang-bintang dan kerlipan lampu rumah-rumah warga yang juga tampak seperti hamparan bintang. Benar-benar indah bukan. 

Bukan hanya indah. Lagi-lagi masalah biaya yang super terjangkau hanya dengan membayar biaya parkir sebesar Rp3000,- saja.

So, jangan mager lagi. Bawa ranselmu menjelajah agar kelak kau bisa bercerita banyak pada anak cucumu tentang indahnya setiap perjalananmu.
Katanya sih, ini para Srikandi ALUS yang doyan Traveling :D

“Perjalan bukan tentang uang tetapi tentang kemauan dan teman perjalananmu itu sendiri.”

         Not I – Not Anyone else, can travel that road for you, you must travel it for yourself.—Walt Whitman.

.
.
Minggu, 3 Januari 2016. Yogyakarta. 

*Maaf; kaum adam tak terdokumentasi dengan baik. Jadi biarkan para Srikandinya saja yang eksis hehe

Photos;
Taken by +Samantha Hidaya 

Taken by +Samantha Hidaya 

Tersenyum pada sunset :)

Ditengah perjalanan Kedung-Candi

Tebing. Taken by +Samantha Hidaya 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lelaki Hebatku, Terimakasih untuk Semua Rasa Cemburu yang Kau Berikan.

Grojokan Sewu: Tawangmangu

Kembali ke Blitar; Aku Datang….