Dear Mama..





Surat Cinta Untuk Ibu

Teruntuk Ibu tercinta nan jauh disana
Semoga Allah selalu menjaga Ibu, karena Dia-lah sebaik-baik penjaga
Dari Ananda yang selalu merindukan Ibu…

Setiap menatap wajah sendumu, Ibu… Sukar untuk mengungkapkan bagaimana perasaanku. Bagi empat orang putra-putrimu Engkau bak batu karang yang selalu tegar dan kuat menghadapi tamparan ombak yang selalu menghampiri. Engkau bak matahari yang selalu membagi sinarmu untuk kami putra-putrimu, Ibu.. Entahlah, begitu tegar dan lembutnya hatimu Ibu. Terkadang hati kecil ini bertanya-tanya, terbuat dari apa hatimu Ibu hingga Engkau sanggup menghadapi segala yang terjadi.

Ibu… Tahukah Engkau, betapa rindunya Ananda pada Ibu. Dalam setiap detik Ananda selalu terbayang paras sendumu Ibu.. Ya, paras sendu sederhana  tanpa polesan make-up namun justru membuatmu semakin cantik dengan ke-natural-an itu Ibu. Anggun sekali.. Engkau benar-benar idolaku.. Masih teringat beberapa tahun lalu, paras sendu Ibu menghantarkan kepergianku melanglangbuana ke kota pelajar “Yogyakarta” kota dengan seribu satu keindahan budaya, wisata, seni, dsb. Yang nantinya akan kujelajahi sembari ku menuntu ilmu disana “kuliah”. Yaa Allah, paras sendu yang mulai menua, keriput yang mulai melanda. Namun tetap bagi kami putra-putrimu Engkau tetap yang tercantik Ibu sejak dulu, kini, dan nanti.

Satu hal yang membuat hatiku terenyuh Ibu, ketika Engkau tak mampu menahan butiran-butiran bening yang menitik membasahi paras sendumu. Engkau diam dan memelukku erat-erat hingga terasa getaran sesenggukanmu yang merasuk kedalam hatiku. Kepeluk Engkau erat-erat sembari berbisik, “Aku mencintaimu Ibu, mencintaimu tanpa batas.” kurasakan getaran semakin hebat…….. engkau kecup kedua pipiku serta keningku. Lalu kuusap butitan-butiran bening diparas sendumu. Aku tersenyum dan berbisik lagi, “Ibu jangan menangis karena Ibu lebih cantik jika tersenyum.” Engkau tersenyum dan memeluk erat tubuh mungilku. Dibawah temaram rembulan saat itu kita nikmati keindahan malam yang diiringi merdu suara gemericik gerimis dan jangkrik malam.

Diiringi :

Murattal syaikh Mishari Rasyid Al-‘Afasy

Surat Ar-Rahman..

Yogyakarta, 16 November 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lelaki Hebatku, Terimakasih untuk Semua Rasa Cemburu yang Kau Berikan.

Grojokan Sewu: Tawangmangu

Kembali ke Blitar; Aku Datang….