PERNAH AKU MENGELUH



Pernah Aku Mengeluh
Puisi: Ustadz Taufiq Affandi
GontorTV


Bismillahirahmanirrahim..

Memang pernah aku mengeluh  dan bukan hanya sekali
Jumlah rerumputan di halaman kita mungkin lebih sedikit dari keluhku
Tidak usah kubandingkan diriku dengan intan yang begitu cadas dan selalu berkilau manis
Tak peduli sekuat apapun kamu menderanya
Tak peduli dari ketinggian apapun ia jatuh
Itu teramat langit bagiku
Aku saja masih ragu, apakah aku tidak lebih rapuh dari tembikar di ruang tamu kita
Memang pernah kamu mengeluh
Dan tentu saja peluh yang membuat bentengmu luruh
Tentu saja gaduh yang membuatmu kehilangan teduh
Jika letih berulang sekalipun, ataupun kita telah melalui letih yang sama itu berkali-kali
Dan kita tahu kita pernah melompatinya,
Mungkin kita akan tetap duduk pada pantai sendu yang sama, mentari redup yang sama, langkah lambat yang sama..
Memang tak terbilang keluhan kita
Bukan hanya tentang tebing, tapi juga tentang pasir, tapi juga tentang debu
Tapi hari ini kita sudah memutuskan
Kita akan menggenggam tali mendaki itu sekencang yang kita bisa
Hari ini aku dan kamu sekata
Keluh itu kita simpan saja di gudang rumah kita
Kalaupun nanti kita terpaksa menangis
Kita tangiskan saja dalam bisik, lalu bisik itu kita lipat dalam sebuah amplop putih
Kita tutup hati-hati, lalu di malam yang gelap kita kirimkan kepada Allah
Jika tangis itu masih tumpah lagi, kita siapkan tumpuk amplop putih
Kali ini kita lipat sepucuk kebahagiaan, lalu kita bagi-bagikan di jalan-jalan yang lebih dingin dari birunya hati kita
Amplop-amplop itu akan kembali dengan sehelai kehangatan untuk kita
Jika tangis itu masih meluap juga, ternyata tak mudah juga ya
Begini saja, kita hitung berapa hari kita singgah di dunia ini, tumpuk jumlah hari itu disebelah kiri
Lalu kita susun jumlah hari yang akan kita tempati di akhirat nanti di sisi kanan
Nanti kita akan menyadari bahwa rentang waktu yang harus kita pikul teramat kilat
Dibanding waktu yang akan kita habiskan untuk menjelajahi sungai-sungai dibawah taman surga
Sebagian jiwa kita memang diciptakan sebagai pengeluh nomer satu
Tapi sebagian lainnya diciptakan sebagai petarung nomer satu
Dan kamu aku, hari ini, sudah sekata

Bumi Allah, 4 September 2013
Ditemani bacaan Al-Qur'an
Al-Maarij: 19-35
Asy-Syam: 8-10
Al-Baqarah: 45-46
At-Taubah: 89
Yusuf: 87
www.gontor.tv

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lelaki Hebatku, Terimakasih untuk Semua Rasa Cemburu yang Kau Berikan.

Grojokan Sewu: Tawangmangu

Kembali ke Blitar; Aku Datang….